Sosialisasi Stunting Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan Sosialisasi Iva Test di aULA Pemda Koltim, Rabu (22/12

Harapan Yosin Ketua TP PKK Soal Stunting

22 Desember 2021 | Admin | | 2254 Kali Dilihat | 0 Komentar

Persoalan tumbuh kembang anak atau stunting, menjadi perhatian serius semua pihak, tak terkecuali Ketua TP. PKK Koltim Nyonya Yosin Sulwan Aboenawas SKM MKes.
Ketika membuka Sosialisasi Stunting Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan Sosialisasi Iva Test di aULA Pemda Koltim, Rabu (22/12), ia menyampaikan banyak pesan dan harapan

Dikatakannya, pembangunan kesehatan merupakan salah satu unsur penopang peningkatan Indeks Pembangunan Manusia atau IPM, di samping unsur pendidikan dan ekonomi. Untuk itu, sebagai investasi, orientasi pembangunan kesehatan harus lebih didorong pada aspek-aspek promotif dan preventif, tanpa melupakan aspek kuratif dan rehabilitatif.

Lanjutnya, pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah, upaya yang dilaksanakan oleh semua kompenen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Disebutkannya, jika ada tiga isu kesehatan yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, yaitu TBC, Stunting, Iva Test dan Imunisasi. Menurut riset kesehatan dasar Tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI sebutnya, ada sekitar 30,8 persen anak di Indonesia yang menderita kondisi stunting. Artinya, satu dari tiga balita mengalami gangguan pertumbuhan dan butuh perhatian lebih. Indonesia menduduki peringkat kedua penderita kondisi Stunting di Asia Tenggara. Ini bukan jumlah yang sedikit. Hal ini terjadi bukan semata-mata karena asupan gizi yang kurang, tetapiadanya faktor lain yang menyebabkan terjadinya stunting.

Stunting sebut istri Pj Bupati ini, merupakan gangguan pertumbuhan kronis pada anak balita (bawah lima tahun) akibat kekurangan asupan nutrisi atau malnutrisi dalam waktu cukup lama. Penyebabnya adalah makanan yang ia konsumsi tidak memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai usia si anak. Pada umumnya, stunting terjadi pada balita, khususnya usia 1-3 tahun. Pada rentang usia tersebut, Ibu sudah bisa melihat apakah si anak terkena stunting atau tidak. Meski baru dikenali setelah lahir, ternyata stunting bisa berlangsung sejak si anak masih berada dalam kandungan.

Pendek (stunting) masih kata Yosin, pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (dibawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.

“Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan. Terlepas dari isu nasional stunting juga tak kala pentingannya, pemeriksaan IVA TEST untuk mendeteksi lebih dini adanya Gejala kanker rahim melalui pemeriksaan IVA TEST. maka tak kala penting peran seorang Ibu Rumah Tangga dan Ibu kader PKK ikut dalam berperan sebagai pengawasan Kebiasaan pola hidup Yang tidak sesuai. Karena di indosnesia masih menjadi persoaalan besar angka kematian Ibu akibat kanker leher rahim,” bebernya.

Melalui sosialisasi ini sebutnya, erat kaitannya dampak resiko yang dapat terjadi kemungkinan akan berpengaruh dengan lahirnya anak-anak yang Stunting karena kurangnya asupan gizi dari anak sampai remaja, sejalan dengan pelaksanaan sosialisasi ini saya mengajak kepada kita semua yang hadir di ruangan ini untuk melindungi dan memberikan pengertian anak-anak kita dan keluarga serta masyarakat pada umumnya untuk dapat memberikan perlindungan bahaya Kanker Leher Rahim dengan melalui pemeriksaan IVA TEST untuk mengetahui lebih dini adanya gejala kanker Rahim.

“Pencegahan dan penurunan stunting yang di akibatkan oleh kurangnya asupan gizi di mulai dari 1000 hari pertama kehidupan sejak dalam kandungan sampai pada anak usia 2 tahun. Makanya kami mengucapkan selamat mengikuti sosialisasi ini, ikutilah kegiatan ini dengan seksama dengan penuh perhatian jadikan ilmu yang didapat nantinya sebagai pedoman dan pegangan dalam rangka menghindari penularan HIV AIDS dan menjaga asupan gizi pada 1000 HPK sehingga tidak melahirkan anak-anak yang stunting sebagai harapan bangsa dan negara,” tutupnya. (Diskominfo)